Sepucuk Surat dari Ibu dan Ayah


Anakku,
Ketika aku semakin tua,
Aku berharap kamu memahami dan memiliki kesabaran untukku. Suatu ketika aku memecahkan piring atau menumpahkan sup diatas meja, karena penglihatanku berkurang. Aku harap kamu tidak memarahiku.


Orang tua itu sensitif, selalu merasa bersalah saat kamu berteriak, ketika pendengaranku semakin memburuk dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan. Aku harap kamu tidak memanggilku “Tuli!”. Mohon ulangi apa yang kamu katakana atau menuliskannya.

Maaf, Anakku
Aku semakin tua. Ketika lututku mulai lemah, aku berharap kamu memiliki kesabaran untuk membantu ku bangun. Seperti bagaimana aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil, untuk belajar berjalan.

Aku mohon jangan bosan dengan ku, ketika aku terus mengulangi apa yang ku katakana, seperti kaset rusak. Aku berharap kamu terus mendengarkan aku. Tolong jangan mengejekku atau bosan mendengarkanku. Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil dan kamu ingin sebuah balon? Kamu mengulangi apa yang kamu mau berulang-ulang sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan.

Maafkan juga bauku, tercium seperti orang yang sudah tua. Aku mohon jangan memaksaku untuk mandi, tubuhku lemah. Orang tua mudah sakit karena mereka rentan terhadap dingin. Aku harap aku tidak terlihat kotor bagimu. Apakah kamu ingat, ketika kamu masih kecil? Aku selalu mengejar-ngejar kamu...karena kamu tidak ingin mandi.

Aku harap kamu bisa bersabar dengan ku, ketika aku selalu rewel. Ini semua bagian dari menjadi tua kamu akan mengerti ketika kamu tua dan jika kamu memiliki waktu luang, aku harap kita bisa berbicara. Bahkan untuk beberapa menit. Aku selalu sendiri sepanjang waktu, dan tidak memiliki seseorang pun untuk diajak bicara. Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaan, bahkan jika kamu tidak tertarik pada cerita ku,

Aku mohon berikan aku waktu bersamamu. Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil? Aku selalu mendengarkan apapun yang kamu ceritakan tentang mainan mu. Ketika saatnya tiba..dan aku hanya bisa terbaring sakit dan sakit. Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku.

Maaf, Kalau aku sengaja mengompol atau membuat berantakan. Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku. Selama beberapa saat terakhir dalam hidupku. Aku mungkin, tidak akan bertahan lebih lama, ketika waktu kematian ku datang. Aku harap kamu memegang tangan ku dan memberikan ku kekuatan untuk menghadapi kematian.

Dan jangan khawatir....
Ketika aku bertemu dengan Sang Pencipta...
Aku akan berbisik pada-Nya...Untuk selalu memberikan Berkah pada mu
Karena kamu mencintai, Ibu dan Ayah mu...Terima kasih atas segala perhatianmu, nak... Kami mencintai mu.. Dengan kasih yang berlimpah Ibu dan Ayah.

*tulisan inspiratif dan menggugah ini diambil dari http://www.youtube.com/watch?v=brqzAaMmoq0

Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Filosofi Tentang Air dan Laut

Pesona Negeri Bahari, Banda Neira