Indonesia 68 Tahun “Menatap Masa Depan NKRI”
Adil Mahfudz Firdaus
Matahari bersinar cerah pagi ini, kicauan burung pun menyambut pagi dengan suara-suara merdunya. Tepat 68 tahun Indonesia merdeka hari ini, 17 Agustus 2013. 68 tahun yang lalu Dwi Tunggal Indonesia Soekarno – Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan para pejuang mengorbankan segalanya nyawa, harta, bahkan keluarganya demi kemerdekaan Indonesia dan generasi-generasi penerus bangsa. Kemuliaan perjuangan mereka memang tidak dapat terbayarkan dengan harta ataupun kebanggaan kita terhadap perjuangan mereka. Memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus, Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus biasanya menyampaikan Pidato Kenegaraan mengenai RAPBN dan Nota Keuangan Republik Indonesia dihadapan Dewan Perwakilan Rakyat.
Merujuk Pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN Tahun Anggaran 2014 Beserta Nota Keuangan dihadapan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR – RI) pada tanggal 16 Agustus 2013, disampaikan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia – Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Berikut kutipan pidato Presiden Republik Indonesia pada momentum penyampaian Keterangan Pemerintah mengenai RAPBN 2014 dan Nota Keuangan tersebut:
“Pertumbuhan ekonomi dalam periode tahun 2004-2009 mencapai rata-rata sekitar 5,5 persen. ..... . Kita mencatat bahwa dalam periode 2009-2013 (sampai dengan Juni 2013) kita berhasil memacu pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,9 persen per tahun, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi 5 tahun sebelumnya. Inilah pertumbuhan ekonomi tertinggi, setelah kita mengalami krisis ekonomi lima belas tahun lalu. Pada tahun 2004, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tercatat sebesar US$ 645 miliar (dalam ukuran PPP), saat ini telah mencapai lebih dari US$ 1,1 triliun (PPP). Dalam hal pendapatan per kapita, tahun 2004 PDB per kapita kita adalah US$1.177, angka ini terus meningkat menjadi US$2.299 ditahun 2009, dan mencapai US$ 3.592 pada tahun 2012. Bila kita terus mampu menjaga pertumbuhan ekonomi kita, maka insya Allah pada akhir tahun 2014, PDB per kapita akan mendekati US$ 5000.”
Pertumbuhan ekonomi tersebut berdasarkan penilaian asumsi makroekonomi di Indonesia. Kita memang patut mengapresiasikan pertumbuhan ekonomi makro yang telah disampaikan oleh Bapak Presiden, akan tetapi kita juga harus melihat kondisi riil dilapangan. Gini ratio Indonesia memperlihatkan bahwa ketimpangan ekonomi Indonesia meningkat sampai dengan tahun 2013 ini.
“Tribunnews.com (Rabu, 3 Juli 2013), Data BPS menunjukkan, tahun 2002 angka Rasio Gini Indonesia 0,32, lalu pada 2010 naik menjadi 0,38, lalu naik lagi ke 0,4 pada 2011. Ini Rasio Gini tertinggi dalam sejarah Indonesia.”
“Kompas.com (Selasa, 21 Mei 2013), Situasi tersebut terkonfirmasi dari koefisien gini, koefisien yang menjadi indikator ketimpangan ekonomi. Semakin besar koefisien itu (mendekati angka 1), ketimpangan makin besar. Koefisien gini tahun 1997 sebesar 0,35, sementara pada tahun 2012 sebesar 0,41.”
“Koran Jakarta (Senin, 27 Januari 2013) Kesenjangan atau ketimpangan di Indonesia kian meningkat dan dinilai makin mengkhawatirkan. Hal itu tecermin dari kenaikan indeks Gini (Gini Ratio) dari 0,34 menjadi 0,41 pada 2011. Ketimpangan itu juga konsisten dengan rekor Indonesia sebagai negara tercepat di dunia dalam hal memperkaya para konglomerat. Dan, di sisi lain, menjadi negara terburuk di Asia Tenggara dalam mengatasi kelaparan.”
Menteri PPN/Kepala Bappenas menyampaikan bahwa penyebab meningkatnya ketimpangan di Indonesia pada tahun 2007 – 2010 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya ketimpangan di Indonesia belakangan ini bukan disebabkan oleh “orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin”, karena kemiskinan terus mengalami tren yang menurun. Artinya, penduduk di golongan pendapatan bawah juga mengalami kenaikan kesejahteraan. Gambar di bawah menunjukkan bahwa selama periode 2007-2010, pertumbuhan konsumsi riil pertahun untuk semua golongan pendapatan mengalami peningkatan, tanpa kecuali, baik itu golongan bawah maupun golongan atas.
2. Walaupun semua rumah tangga baik miskin maupun kaya mengalami kenaikan kesejahteraan, terdapat kecenderungan dimana golongan bawah (1-40% terendah), konsumsinya mengalami pertumbuhan lebih rendah dibandingkan golongan atas (60% teratas), yaitu golongan menengah dan golongan kaya.
3. Dibandingkan dengan periode 2003-2007, gap peningkatan konsumsi golongan kaya dan miskin jauh lebih lebar dibandingkan dengan periode 2007-2010.
Pernyataan Kementerian PPN/Bappenas tersebut menyatakan bahwa ketimpangan terjadi karena tingkat konsumsi antara golongan ekonomi rendah, menengah, dan tinggi yang mengalami perbedaan, sehingga tingkat ketimpangan mengalami kenaikkan dari tahun ke tahun. Akan tetapi secara sederhana dapat kita pertimbangkan, konsumsi seseorang naik memang berdasarkan beberapa faktor, antara lain yaitu pendapatan dan nilai harga barang/jasa di pasar. Ketika pendapatan seseorang naik orang memiliki kecenderungan untuk meningkatkan konsumsinya, namun hal tersebut akan dibatasi kembali dengan harga barang dan jasa di pasar. Pada saat harga barang dan jasa naik, maka tingkat konsumsi pun akan cenderung turun. Penilaian ketimpangan memang harus melalui kajian yang tepat, harapannya Pemerintah mau turun secara detail melihat kondisi riil didaerah-daerah.
Lepas dari kondisi ketimpangan (gini ratio) di Indonesia, berikut lanjutan kutipan pernyataan Presiden Republik Indonesia pada kesempatan yang sama:
“Tak hanya itu, bahkan dalam tahun 2012 dan 2013, di antara negara anggota G-20, Indonesia menjadi negara dengan dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi yang membaik, juga diikuti oleh menurunnya tingkat pengangguran terbuka dari 9,86 persen pada tahun 2004, menjadi 5,92 persen pada bulan Maret ditahun 2013. Demikan juga tingkat kemiskinan berhasil diturunkan dari 16,66 persen atau 37,2 juta orang pada tahun 2004, menjadi 11,37 persen atau 28,07 juta orang pada Maret 2013. Tentu, kemajuan ini belum sempurna, dan masih bisa kita tingkatkan lagi.”
Pemerintah Republik Indonesia menyusun RAPBN 2014 berdasarkan asumsi dasar makro sebagai berikut:
Pertama, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 diharapkan mencapai 6,4 persen.
Kedua, asumsi mengenai inflasi. Dengan melaksanakan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, disertai upaya untuk tetap menjamin kelancaran dan ketersediaan kebutuhan masyarakat, serta kebijakan ketahanan pangan, laju inflasi pada tahun 2014 akan dijaga pada kisaran 4,5 persen.
Ketiga, asumsi nilai tukar rupiah. Melalui kebijakan moneter yang berhati-hati, kita menjaga stabilitas ekonomi dan stabilitas tingkat nilai tukar rupiah yang realistis. Untuk tahun 2014, kita menggunakan asumsi rata-rata nilai tukar adalah Rp9.750 per dolar AS.
Keempat, asumsi suku bunga. Pemerintah akan terus menjaga kesehatan fundamental ekonomi dan fiskal, agar instrumen Surat Utang Negara tetap memiliki daya tarik yang tinggi bagi investor. Terkait dengan hal itu, asumsi rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan, disusun pada tingkat 5,5 persen.
Kelima, asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP). Setelah mempertimbangkan berbagai faktor utama, asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia sebesar US$106 per barel.
Keenam, asumsi lifting minyak mentah dan lifting gas bumi. Beberapa tahun terakhir ini, kapasitas produksi kedua sumber daya alam itu menunjukkan penurunan, terutama disebabkan faktor usia sumber yang semakin kurang produktif. Namun demikian, Pemerintah terus berupaya untuk mengatasinya. Dalam tahun 2014, Pemerintah memperkirakan lifting minyak mentah mencapai 870 ribu barel per hari, sementara lifting gas bumi mencapai 1.240 ribu barel setara minyak per hari.
Susunan RAPBN 2014 berdasarkan asumsi makro tersebut diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2014 secara merata dan adil kepada seluruh rakyat Indonesia. Menyambut perayaan 68 tahun Indonesia merdeka ini, terlepas dari perdebatan mengenai petumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia, diharapkan semua elemen masyarakat Indonesia, Pemerintah dan wakil-wakil rakyat Indonesia mau bersatu sesuai ke Bhinekaan yang kita percayai dan Pancasila sebagai Dasar Negara untuk membangun bangsa Indonesia yang sejahtera, damai, adil, dan maju. Suryopratomo (Metro TV) Jumat, 16 Agustus 2013 menyampaikan bahwa:
“Kegagalan untuk memberikan kemakmuran kepada seluruh rakyat merupakan awal dari sebuah malapetaka bangsa. Pembangunan tidak boleh hanya dinikmati oleh sekelompok orang saja, tetapi harus merata dirasakan oleh seluruh warga bangsa ini.
Sekarang ini kita merasakan pertumbuhan ekonomi yang dikatakan sebagai mencengangkan. Namun di sisi lain kita melihat kesenjangan yang semakin melebar. Bahkan boleh dikatakan keadaannya sudah sangat membahayakan, karena perbedaan antara si kaya dan si miskin sudah di atas kewajaran.
Koreksi itulah yang kita harapkan bisa dilakukan pada peringatan Hari Kemerdekaan ke-68 Republik Indonesia. Keberanian untuk mengakui kenyataan pahit ini merupakan kunci terciptanya kesejahteraan umum seperti yang ditetapkan di dalam konstitusi.”
Akhirnya, Semoga harapan dan cita-cita bangsa dapat terwujud, demi generasi penerus bangsa. Di tangan kitalah generasi penerus bangsa terdidik dan ditangan generasi penerus bangsalah masa depan Indonesia bergantung. Maafkanlah kami Ya ALLAH, semoga bangsa ini tetap bersatu dibawah lindungan-Mu. Amin.
Dirgahayu Republik Indonesia!
Daftar Pustaka
Menteri PPN/Kepala Bappenas. 2012. Rasio Gini di Indonesia dalam Lima Tahun Terakhir.
Kompas.com. 2013. Ketimpangan Ekonomi Semakin Lebar. http://bisniskeuangan. kompas.com/read/2013/05/21/07403940/Ketimpangan.Ekonomi.Semakin.Lebar.
Koran Jakarta. 2013. Indikator Ketimpangan – Jangan Sepelekan Melebarnya Kesenjangan. http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/110696.
Presiden Republik Indonesia. 2013. Pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN Tahun Anggaran 2014 Beserta Nota Keuangan. http://www.presidenri.go.id/index.php/ pidato/2013/08/16/2173.html.
Suryupratomo (MetroTVNews.com). 2013. Potret 68 Tahun Indonesia Merdeka. http://www.metrotvnews.com/front/view/2013/08/16/1609/Potret-68-Tahun-Indonesia-Merdeka/tajuk.
Tribunnews.com. 2013. Ketimpangan Pendapatan Sebabkan Tingginya Bunga Kredit Perbankan. http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/07/03/ketimpangan-pendapat an-sebabkan-tingginya-bunga-kredit-perbankan.
Comments
Post a Comment