Sepenggal Cerita Mengarungi Laut

(Journey to Manado)

Oleh:
Adil Mahfudz Firdaus

Arungi Lautan..
Keberangkatan - Menuju Manado

     Agustus 2009, perjalanan dimulai dari Pelabuhan TNI Angkatan Laut Tanjung Priok. Semua peserta bersiap untuk memasuki Kapal Laut TNI Angkatan Laut – KRI Tanjung Kambani dan segera berlayar menuju Sail Bunaken 2009. Kami dalam Tim Institut Pertanian Bogor  Sail Bunaken 2009 mempersiapkan peralatan selam dan barang bawaan kami lainnya. Satu per satu alat dan barang lain kami masukan ke dalam KRI Tanjung Kambani, hingga perjalanan pun dimulai setelah dilakukan pelepasan di Pelabuhan TNI Angkatan Laut Tanjung Priok.
     Perjalanan dimulai, peluit para prajurit Angkatan Laut bersiulan melepas KRI Tanjung Kambani mengarungi lautan Indonesia. Riuh air laut terdengar terhempas oleh badan kapal, angin pun mengiringi perjalanan kami menuju Manado. Rute perjalanan kami melewati Laut Jawa langsung menuju Bitung, dan berakhir di pantai Malalayang, Manado, Sulawesi Utara. Keluarga baru, teman baru, itulah yang kami rasakan saat “berlayar” bersama KRI Tanjung Kambani, yang mungkin tidak akan kami rasakan apabila kami menaiki pesawat terbang.
Tentara Dadakan

     Matahari sore menyambut perjalanan kami di Laut Jawa, memerah dan indah. Lautan yang jernih, ingin rasanya lompat terjun ke air pada saat itu. Suasana tenang di tengah laut pun pecah dengan ramai-ramai kami (seluruh peserta Sail Bunaken 2009) ingin berfoto di buritan Kapal, dibawah indahnya matahari terbenam. Kenikmatan yang jarang kami temui dalam keseharian kami. Antrian dalam makan, hambarnya rasa sayur, dan menu makanan yang hampir sama setiap harinya, serta suara riang nyanyian dan gitar pengiring kami menghangatkan malam kami di Kapal, kesemuanya menjadi kenangan yang menyenangkan dalam perjalanan ini.
     Hambar rasa makanan tentu hilang dengan kebersamaan yang kami rasakan, kuah sayur yang kami gantikan dengan air putih agar nasi tidak terlalu keras, dan jatah mandi air tawar pun kami rasa itu menyenangkan. Alat komunikasi, tidak perlu alat komunikasi disana. Sinyal pun hanya ada dibeberapa kawasan saja, semua bergembira saat sinyal ada “sinyal di sisi kiri kapal, semua bergegas ke sisi kiri kapal.” Walaupun pengalaman ini pengalaman biasa, tapi menyenangkan bagi kami. Beberapa hal yang tidak menyenangkan, dalam perjalanan kami tetap melihat sampah yang hanyut cukup panjang. Kami bagai orang yang terlemah, karena tidak mampu bertindak.
Pelabuhan Makasar

Pantai Malalayang, Upacara 17 Agustus
     Pantai Malalayang, itulah tempat kami akan melaksanakan upacara 17 agustus bawah air, selain dalam rangka menyambut Kemerdekaan NKRI, acara ini dilakukan juga untuk memecahkan rekor selam dunia. Kami bersandar terlebih dahulu di Pelabuhan Bitung, sebelum kami berangkat menuju Pantai Malalayang. Kami cek kembali peralatan yang kami bawa, tabung selam dan peralatan selam lainnya, karena tanpa peralatan tersebut perjalanan kami akan menjadi kurang menarik tentu saja tujuan utama kami berangkat adalah mengikuti Sail Bunaken ini.
     KRI Surabaya, ternyata kami dipindahkan ke KRI Surabaya. Kapal ini jauh lebih besar dari KRI Tanjung Kambani. Kami pun bermalam di KRI Surabaya, sebelum dan selama kegiatan berlangsung. Hari pertama di Pantai Malalayang, sebelum esok harinya dilakukan upacara bendera dibawah air, seluruh peserta melakukan gladi dan sejauh pelaksanaan gladi semua berjalan dengan lancar. Perairan Malalayang, air yang jernih, segar, menyenangkan kami bisa menyelam di Malalayang. Penyelaman saat gladi memang tidak lama, mengatur barisan dan gladi pelaksanaan upacara.
Pantai Malalayang

     17 Agustus, pelaksanaan upacara 17 Agustus dibawah air. Para penyelam berbaris sesuai tim mereka, berjalan menuju pantai dan menyelam berdasarkan posisi barisan mereka. Upacara dimulai, terdengar suara tiupan peluit dan iringan lagu Indonesia Raya. Upacara berjalan dengan khitmad, pertama kali secara internasional Sang Merah Putih berkibar gagah di Laut Indonesia dan semoga selalu berkibar kau Sang Merah Putih di Negeri Tercinta ini. Pelaksanaan upacara pun selesai, para penyelam menyelam bebas, dan beberapa diantara kami melepas dahaga dengan minum dibawah air. Setelah penyelaman kami pun mencoba menikmati kota Manado.
     “Manado (ANTARA News) - Sebanyak 2.827 orang ikut serta dalam pemecahan rekor dunia upacara bawah air di Pantai Malalayang, Manado, Senin, dalam rangka peringatan detik-detik proklamasi HUT Kemerdekaan RI ke 64.  "Selain peserta ada juga tujuh pejabat upacara dan 19 tim setting area, di bawah air Pantai Malalayang," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul di Manado Senin. Sitompul menjelaskan para peserta itu terdiri atas 2.700 penyelam lokal, penyelam VIP dan 76 partisipan dari mancanegara. Dalam upacara tersebut bertindak sebagai inspektur upacara adalah Wakil Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Madya TNI Moekhlas Sidik, dan komandan upacara Kadispenal, Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul.”

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/151201/upacara-bawah-air-diikuti-2827-peserta.

KRI Tanjung Kambani
     KRI Tanjung Kambani, Kapal ini sebelumnya bernama kapal Dong Yang No. 6 dibuat di Galangan Kapal Sanuki Dosen Co Ltd Jepang dan diluncurkan pada bulan Maret 1982 sebagai kapal sipil pengangkut penumpang. Pada tahun 2000 kapal ini dimodifikasi menjadi kapal bantu angkut personel dan masuk jajaran kapal perang Republik Indonesia. Modifikasi kapal dilaksanakan di Galangan Kapal Dae Sun Shipbuilding & Engineering Ci. Ltd Pusan Korea Selatan selama kurang lebih 6 bulan mulai tanggal 1 Mei sampai 9 November 2000. Dalam modifikasi ini ditambahkan Sebuah Helipad tanpa hanggar , beberapa senjata ringan kaliber 20 mm dan 35 mm, serta perubahan beberapa fungsi ruangan untuk menampung lebih banyak pasukan.
Ruang Makan KRI Tanjung Kambani

     KRI Tanjung Kambani secara resmi masuk menjadi jajaran Kapal Perang Republik Indonesia terhitung mulai tanggal 10 Nopember 2000 dengan suatu upacara peresmian yang dilakukan di dermaga Dae Sun Shipbuilding & Engineering C0. Ltd. Pusan oleh Mayor Jenderal (Purn) Abdul Ghani Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Republik Korea. Nama KRI Tanjung Kambani sendiri diambil dari nama sebuah tanjung di Pulau Peleng Propinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah tempat berkumpulnya bagi Satuan Tugas Kapal – kapal Komando Lintas Laut Militer yang mengangkut pasukan selama Operasi Trikora pada tahun 1961.
     KRI Tanjung Kambani memiliki panjang 114,50 meter dan lebar 19,80 meter dan kedalaman 6,00 meter. Kapal pengangkut personel berbobot mati 7.138,9 ton itu memiliki kecepatan maksimum 13 knots dengan jumlah ABK sesuai DSPP (Daftar Susunan Peralatan dan Personil) 119 orang. Sedangkan kemampuan angkut secara ideal KRI Tanjung Kambani adalah berkapasitas tempat tidur 460 orang, Hellycopter 6,8 ton, cargo 20,83 ton dengan endurance 15 hari. Dalam kondisi tertentu, Tanjung Kambani dapat mengangkut 1500 orang, cargo 23,6 ton dengan endurance dalam waktu yang sama. Sedang muat ruang kendaraan yang dimiliki KRI Tanjung Kambani dapat mengangkut truk jenis Reo sebanyak 38 unit, jenis truk ringan 45 unit, jenis HIACE 65 unit dan sedan 60 unit.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/KRI_Tanjung_Kambani_(971)

Sail Bunaken 2009
     Sail Bunaken adalah acara yang dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan dan pariwisata Indonesia kepada dunia internasional. Acara ini telah berlangsung pada tahun 2007 yaitu Sail Indonesia, kemudian Sail Saumlaki tahun 2008, Sail Bunaken tahun 2009, Sail Banda tahun 2010, Sail Maluku 2011, dan Sail Morotai yang dilakukan tahun 2012, Sail Komodo tahun 2013 ini, serta Sail Tomini pada tahun 2014. Promosi ini tentu dilakukan untuk meningkatkan minat turis mancanegara untuk mengunjungi Indonesia dan tentu salah satu bentuk perhatian Pemerintah untuk keindahan Indonesia.
Manado Convention Center

     “Sail Bunaken 2009 merupakan acara internasional kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan dan TNI AL yang bertempat di Bunaken. Event yang memadukan beberapa kegiatan bahari ini dilaksanakan di Kota Manado dan Kota Bitung pada tanggal 12 – 19 Agustus 2009. Agenda utama kegiatan ini adalah International Fleet Review 2009 (IFR 2009) yang menghadirkan kapal-kapal perang dan kapal-kapal layar tinggi dari masing-masing Angkatan Laut sebanyak 30 negara sahabat dan disaksikan langsung oleh Presiden RI, sekaligus sebagai rangkaian HUT RI ke 64.” “TNI AL mencatat 37 kapal perang, 2 Tall ships, 1 kapal CW Australia, 2 flight pesawat TNI AU, 2 skuadron pesawat udara maritim TNI AL, 13 kapal pemerintah, 30 kapal pelayaran rakyat, dan 163 yacht.”

Sumber :
- http://news.detik.com/read/2009/08/23/163849/1188011/10/dihadiri-kapal-induk-as-sail-bunaken-2009-di-manado-sukses
- http://id.wikipedia.org/wiki/Sail_Bunaken_2009

Bunaken..
     Kami pun tidak melupakan keinginan kami lainnya yaitu menyelam di Bunaken. Penyelaman kami lakukan di dua titik penyelaman, penyelaman tebing (wall diving). Setelah penyelaman pertama, kami beristiarahat di Pulau Bunaken, kami bersantai sejenak melihat jajanan dan pernak pernik khas Bunaken sebelum kami melanjutkan penyelaman kedua. Penduduk lokal Pulau Bunaken dan para pemandu selam sangat peduli terhadap kelestarian alam bawah laut di Bunaken. Berdasarkan pengamatan kami, penduduk lokal dan para pemandu selam sadar bahwa masa depan mereka bergantung pada kondisi perairan Bunaken.
     Penyelaman kedua pun kami lakukan, kami bertemu penyu yang sedang berdiam diri ditebing terumbu karang dan melihatnya berenang melintasi kami. Sungguh kenangan yang tidak tergantikan, kami menyelusuri tebing Bunaken ditemani ikan-ikan dan penyu yang berenang dengan anggunnya. Waktu pun berlalu dengan cepat, penyelaman kami selesai. Kami pun harus bergegas kembali ke Pelabuhan Bitung untuk kembali ke Jakarta dengan KRI Tanjung Kambani. Kata-kata ini belum cukup untuk menuangkan keindahan kenangan tersebut, sampai jumpa Bunaken!

Manado – Jakarta
     Manado – Jakarta, perjalanan pulang kembali ke kampung halaman. Perjalanan pulang kami lebih bermakna dari pada perjalanan keberangkatan kami, karena memasuki awal bulan Ramadhan (bulan Puasa). Pengalaman yang menarik, kami berpuasa ditengah laut. Walaupun sebenarnya puasa yang dirasakan lebih tenang dibandingkan dengan menjalankan ibadah puasa ditengah kota. Malam hari kami sholat Tarawih berjamaah, dan kami berbuka puasa bersama (bagi yang melaksanakannya). Tiba akhir perjalanan kami, malam harinya di atas KRI Tanjung Kambani ceremoni perpisahan dilakukan diatas (Helipad KRI Tanjung Kambani) setelah melakukan sholat Tarawih berjamaah disana.
     Banyak pengalaman yang menarik lainnya, akan tetapi senggal saja yang mampu diungkapkan melalui tulisan ini. Terimakasih untuk semua Tim Sail Bunaken 2009, terimakasih untuk pelayaran yang menyenangkan. Suatu hari nanti semoga kami bisa bertemu kembali dan melakukan pelayaran ke penjuru Indonesia lainnya. Indonesia, negara kepulauan dengan keindahan alamnya, laut menjadi penghubung antar pulau-pulau di Indonesia. Sekian, semoga Laut Indonesia Jaya..Laut Indonesia luar biasa!

Jalesveva Jaya Mahe!

Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Filosofi Tentang Air dan Laut

Pesona Negeri Bahari, Banda Neira