Kawasan Taman Wisata Perairan Laut : Menyelami Gili Matra, Lombok, Nusa Tenggara Barat

Gili Meno, Ayer dan Trawangan merupakan kawasan wisata yang sangat popular di Indonesia, bahkan di dunia. Ketiga gili tersebut atau dikenal dengan Gili Matra secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gili Matra memiliki potensi sumberdaya laut dan pesisir yang potensial sebagai kawasan wisata. Perkembangan wisata di Gili Matra yang begitu pesat, tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat Gili Matra terutama pada sektor pariwisata. Kawasan yang sangat potensial ini merupakan bagian dari kawasan konservasi yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan nomenklatur Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra. Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang.


Port view - Gili Trawangan
Kawasan Gili Matra menjadi kawasan konservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan (Menhut) Nomor 99/Kpts-II/2001 dan selanjutnya dilakukan serah terima ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tanggal 04 Maret 2009 dengan Berita Acara Serah Terima Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dari Departemen Kehutanan kepada Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor: BA.01/Menhut-IV/2009-BA.108/MEN.KP/III/2009. Nomenklatur kawasan kemudian berubah menjadi Taman Wisata Perairan Gili Ayer, Gili Meno dan Gili Trawangan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.67/MEN/2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Gili Ayer, Gili Meno dan Gili Trawangan (Gili Matra) di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sunset Point - Gili Trawangan
Potensi wisata yang ada pada kawasan Gili Matra tentu memberikan keuntungan kepada masyarakat, pengusaha maupun wisatawan yang menikmati keindahan alam Gili Matra. Namun, dibutuhkan pengelolaan yang tepat dan baik agar potensi wisata tersebut tidak rusak. Pengelolaan kawasan wisata memerlukan kerjasama berbagai pihak (stakeholder). Kearifan lokal menjadi poin penting dalam pengelolaan kawasan wisata. Pengelolaan kawasan wisata berdasarkan kearifan lokal merupakan salah satu solusi pengelolaan yang bijak. Jumlah wisatawan yang terus meningkat dari tahun ke tahun membutuhkan kontrol sehingga tidak melampaui daya dukung kawasan Gili Matra. Berdasarkan kajian Pratiwi (2014), trend kunjungan wisatawan semakin meningkat dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Kunjungan wisata tertinggi dimulai dari Gili Trawangan, Gili Ayer dan terendah di Gili Meno.

Bounty Wreck Point - Gili Meno
Beberapa obyek dan kegiatan wisata di kawasan Gili Meno, Ayer dan Trawangan antara lain wisata pantai, danau air asin, penyu, menyelam, snorkeling, sun bathing (berjemur), canoing (perahu kano), dan glass bottom boat (perahu kaca), serta sport fishing. Potensi alam yang indah dengan fasilitas obyek wisata yang memadai, tentu akan mendukung pengembangan perekonomian kawasan wisata tersebut. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Lombok Utara 2013, aktivitas pariwisata yang dikategorikan dalam Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi cukup besar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lain. Kontribusi sektor terhadap PDRB Kabupaten Lombok Utara atas dasar harga berlaku tahun 2009 – 2013 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB
Berdasarkan Tabel 1 diketahui sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar, dengan tren positif dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Sektor tersebut dapat memperlihatkan perkembangan pariwisata di Kabupaten Lombok Utara yang terus meningkat secara positif dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini juga mengindikasikan perubahan orientasi mata pencaharian masyarakat yang berpindah ke sektor perdagangan, hotel dan restoran. Perkembangan aktivitas pariwisata yang cukup pesat, tentu akan memberikan tekanan terhadap sumberdaya alam Gili Matra. Adanya kelompok swadaya lokal berorientasi kesehatan dan kelestarian lingkungan seperti Meno Lestari ataupun Ecotrust memberikan ruang untuk menahan tekanan aktivitas pariwisata tersebut.

Regulasi yang tepat dan jelas sangat diperlukan dalam pengelolaan kawasan wisata. Kondisi alam yang baik merupakan modal dasar kawasan wisata untuk dapat bertahan. Pengaturan jumlah wisatawan, penangkapan ikan yang ramah atau lestari, dan budidaya karang atau perikanan karang sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian alam di Gili Matra. Selain itu, peningkatan kualitas pendidikan masyarakat lokal, tata kelola ruang pantai dan laut, dan sanitasi dan kesehatan umum, serta kearifan lokal juga dibutuhkan Gili Matra agar tetap menjadi destinasi wisata di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Dukungan berbagai stakeholder dan wisatawan yang mengerti kelestarian lingkungan juga sangat penting. Orientasi wisata sudah seharusnya mengarah kepada lestari, berkelanjutan, dan kesejahteraan demi masa depan kawasan wisata dan bangsa.

Oleh:
Adil Mahfudz Firdaus

Sumber:
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57/Kepmen-KP/2014. Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Pulau Gili Ayer, Gili Meno dan Gili Trawangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2014 – 2034.

Pratiwi, M.A. 2014. Pendekatan Keputusan Taktis (Tactical Decision) untuk Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem di Kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra. Tesis – IPB.






Comments

Popular posts from this blog

Sebuah Filosofi Tentang Air dan Laut

Pesona Negeri Bahari, Banda Neira